Mulai dari pengusaha makanan ringan yang memasok ke beberapa toko kue kecil, pengusaha travel umroh dengan jama’ah ribuan, sampai pengusaha restoran dengan puluhan cabang, kami pernah bertemu dengan para enterpreneur kreatif yang memiliki bisnis berkembang. Sayangnya, satu kesamaan yang temukan: Perhatian mereka terhadap laporan keuangan relatif kurang.
Bisnis Berkembang Belum Perlu Laporan Keuangan?
Apakah hal tersebut terjadi karena kesengajaan? Tidak juga. Jika disarikan, ada beberapa penyebab atas hal ini:
1. Beberapa dari mereka belum mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang ilmu bisnis. Akibatnya, mereka belum memahami perlunya laporan keuangan dalam menjalankan suatu usaha.
2. Sebagian lagi sudah memahami pentingnya akuntansi. Namun demikian, revenue generating adalah prioritas utama mereka. Waktu dan perhatiannya tersita untuk memanfaatkan momentum agar bisnisnya terus berkembang. Akibatnya, laporan keuangan jadi prioritas nomor sekian.
3. Adapula yang beranggapan bahwa dalam menjalankan usaha cukup mengandalkan feeling. Gross margin dan net margin dihitung berdasarkan asumsi.
Ketika seseorang menyampaikan pentingnya fungsi akuntansi untuk mendapatkan laporan keuangan yang memiliki tingkat akurasi tinggi, muncul pertanyaan, “Buat apa? Lihat bisnis ini bisnis berkembang! Untuk apa saya mengurusi hal yang ribet seperti ini?!”
When Things Go Bad
Dan itu berlangsung sampai “musik”nya berhenti. Tiba-tiba kompetitor bermunculan, persaingan mengetat, dan cashflow mengering. Barulah muncul tanya, “Kenapa bisa begini…?”
Saat itu, biasanya dipanggillah para akuntan untuk menganalisis keadaan atau menyiapkan laporan untuk mencari pendanaan. Dalam beberapa kasus, hal-hal seperti ini yang kami temukan:
1. Asumsi mereka terhadap gross margin ternyata jauh berbeda dari kenyataan. Ketika dilakukan pembukuan, kami temukan bahwa perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan) ternyata kekecilan karena tidak mempertimbangkan biaya-biaya seperti wastage, kehilangan, pengiriman, dan biaya-biaya lain yang tidak masuk dalam asumsi mereka tapi benar-benar terjadi di lapangan.
2. Keputusan mereka untuk menggunakan saldo bank sebagai indikator hasil kinerja (laba) berujung fatal. Ada biaya-biaya yang sudah seharusnya menjadi biaya (incurred) tapi belum terbayarkan sehingga belum tercermin dalam saldo bank. Akibatnya, penarikan uang yang dianggap sebagai keuntungan melebihi kemampuan perusahaan. Alih-alih menarik keuntungan, yang terjadi malah menarik modal kerja perusahaan.
3. Terjadi overspending yang cukup besar dalam biaya-biaya perusahaan. Karena hanya mengandalkan asumsi, tidak ada feedback dalam bentuk laporan keuangan sebagai cermin. Sebagian dari mereka merasa bisnisnya untung sehingga tidak sadar bahwa pengeluaran-pengeluarannya sudah melebihi kewajaran dan kemampuan.
4. Mayoritas dari mereka belum menyadari adanya kewajiban perpajakan yang muncul dari kegiatan usahanya. Akibatnya, ada beban-beban yang belum masuk dalam perhitungan keuntungan perusahaan.
Ketiadaan cermin tersebut menyebabkan perusahaan tidak memiliki feedback untuk memperbaiki diri. Tentu tidak masalah, jika tidak ada kompetisi. Tapi ketika kompetitor hadir dengan struktur cost yang jauh lebih ramping atau terjadi penurunan permintaan, perusahaan terlambat untuk berbenah. Tidak adanya fungsi akuntansi menyebabkan penurunan keuntungan ini terlambat dideteksi. Kebanyakan, baru disadari ketika cashflow bermasalah. Pada titik ini, kondisinya jauh lebih sulit untuk diperbaiki.
What should I do?
Sejarah ada untuk diambil sebagai pelajaran. Pengalaman yang kami temukan dapat dijadikan peringatan bagi Anda yang saat ini memiliki bisnis berkembang. Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu Anda lakukan:
1. Lakukan pembukuan, sekarang!
Sebelum bisnis Anda semakin membesar dan sebelum kondisi semakin kompleks, segeralah lakukan pembukuan. Anda dapat merekrut manajer dan staf akuntansi untuk melakukan pembukuan sendiri. Atau, jika Anda tidak tau bagaimana memilih karyawan yang mumpuni dan software akuntansi yang handal, Anda dapat menghubungi kantor akuntan publik (KAP) yang kompeten dan berpengalaman untuk membantu Anda melakukan pembukuan dan menyiapkan laporan keuangan yang akurat. Pengalaman kami menunjukkan bahwa investasi beberapa jutaan bisa menyelamatkan miliaran.
2. Lakukan audit secara berkala
Jangan tunggu “sakit”. Ibarat check-up kesehatan, audit adalah kebutuhan. Tidak perlu dilakukan setiap tahun, tapi Anda perlu melakukan audit secara berkala untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang Anda terima telah akurat sehingga valid untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Dengan audit, Anda juga bisa mendapatkan feedback tentang internal control perusahaan dan kesesuaian praktek perpajakan perusahaan terhadap aturan yang ada. Dengan demikian, bisnis Anda dapat terus terjaga dalam kondisi fit.
3. Lakukan benchmarking
Laporan keuangan yang akurat merupakan cermin untuk melihat kinerja bisnis Anda. Namun demikian, sebagai sebuah bisnis yang sedang berkembang, Anda perlu melakukan benchmarking dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis atau berada di industri yang sama. Dengan demikian, Anda tidak hanya dapat melihat kemajuan kinerja bisnis Anda antar tahun, tapi juga bisa melihat capaian pendapatan, struktur biaya, dan kondisi likuiditas jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Jika ditemukan inefisiensi, Anda dapat lebih cepat memperbaiki diri.
Apabila Anda memerlukan bantuan untuk mendampingi bisnis Anda yang sedang berkembang, silahkan silahkan hubungi Kantor Akuntan Publik (KAP) Ladiman, Novita & Rekan di 62-21-8499 2477 atau pelajari portofolio pekerjaan kami. Lewat jasa audit, perpajakan dan akuntansi, kami dapat membatu menjaga kesehatan bisnis Anda agar dapat terbang lebih tinggi.
Phone : +62 (21) 8499 2477
HP : +62 821 2345 4936
Email : info@lnr.co.id