Temuan Audit Menarik: Penjualan Scrap

Posted on September 4, 2018 ยท Posted in Auditing

Seiring proses stock opname dimulai, tim audit kami berbagi peran. Ada yg menyaksikan proses perhitungan yang dilakukan oleh staf klien dan ada yg berkeliling melihat keadaan gudang penyimpanan. Satu hal yg menarik perhatian adalah drum-drum bekas.

Sebagai bagian dari raw material yang diperoleh dari supplier klien, drum-drum bekas tersebut masih terlihat menawan. Hal itu mengingatkan kami kepada jejeran drum bekas yang dijual di sepanjang pinggiran jalan Pulo Gadung. Satu pertanyaan yang muncul di benak kami adalah, “Drum-drum bekas itu lantas diapakan?”

Alih-alih menanyakan langsung ke pihak penanggung jawab, kami penasaran ingin tahu berapa banyak drum bekas yang dikeluarkan dari gudang. Kami pun meminta ijin staf penjaga keluar masuk barang untuk melihat catatan keluar masuk barang tanpa menjelaskan tujuan kami secara spesifik kepada beliau.

Lengkap sudah jumlah drum bekas yang keluar gudang kami catat. Barulah kemudian kami coba-coba berbincang, “Mas, drum bekas ini kalo dijual kira2 ada yg mau beli gak? Laku berapa yah?”. Jawaban beliau kami catat sebagai referensi. Lalu kami kalikan dengan jumlah drum bekas yang keluar gudang sepanjang tahun. Dan dapatlah nilai estimasi penjualan scrap dalam bentuk drum bekas.

Trus, angka itu untuk apa?

Asersi Completeness pada Akun Penjualan

Setelah mendapatkan estimasi nilai drum bekas yang keluar gudang, tujuan kami berikutnya adalah laporan keuangan. Kami kembali ke ruangan kerja kami yang disediakan oleh klien lalu membuka laptop menuju akun penjualan. Kami cek satu persatu akun-akun yang terkait penjualan untuk melihat apakah ada penjualan drum bekas yang dicatat di buku besar. Hasilnya, nihil.

Salah satu prosedur audit atas akun penjualan adalah menguji asersi completeness atau yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai kelengkapan. Banyak fresh graduate akuntansi yang kebingungan tentang asersi ini, padahal esensinya cukup sederhana. Apakah laporan keuangan, yang di dalamnya memuat transaksi-transaksi keuangan perusahaan, telah mencatatkan seluruh transaksi yang terjadi di perusahaan? Dalam kaitannya dengan akun penjualan maka pengujian atas asersi ini memuat pertanyaan apakah seluruh penjualan perusahaan, dengan segala bentuk penjualan, termasuk barang bekas, sudah tercatat di laporan keuangan? Jika sudah, berarti asersi completeness nya sudah OK. Namun jika belum, berarti ada yang kurang complete pada laporan keuangannya.

Error, Fraud atau Tidak Ada Apa-Apa?

Seorang auditor selalu dituntut untuk mendeteksi risiko-risiko yang bisa mempengaruhi keakuratan laporan keuangan. Pendekatan auditnya disebut risk-based audit dan perilaku ‘paranoid’ dari sang auditor tersebut disebut professional scepticism. Betapapun kedengarannya tidak enak dan terkesan berlebihan di telinga kalangan non-auditor, kedua hal itu justru sangat dibutuhkan dalam sebuah pekerjaan audit, dan juga dituntut oleh standar audit.

Setelah mengecek buku besar klien tersebut maka kamipun menuju ke manajemen yang bertanggung jawab atas hal ini lalu mulai mengajukan beberapa pertanyaan:
1. Pak, drum-drum bekas itu diapakan?
2. Dijual apa dibuang?
3. Kalo dijual, apakah hasilnya disetorkan ke rekening Perusahaan?
4. Kok tidak kelihatan di buku besar yah, Pak?

Nah, respon dari manajemen tersebut, baik berupa gesture ataupun intonasi suara, dan kecocokan jawabannya dengan hasil nanya-nanya kita dengan staf keluar masuk barang adalah petunjuk nyata dalam menentukan apakah ini disengaja atau tidak? Apakah ini error (kesalahan manusia), fraud (kecurangan), ataukah tidak ada apa-apa?

Sajikan Saja Demi Kebaikan Bersama

Jika faktanya memang ada penjualan scrap, maka menyembunyikannya sama saja menunda bencana. Ini beberapa alasannya:

  1. Penjualan scrap tersebut adalah objek pajak, maka menyembunyikannya berarti menghindari kewajiban pajak. Jika hal ini diketahui otoritas pajak, maka perusahaan akan dikenakan pajak-pajak terkait seperti PPN dan PPh 29. Tentu saja, beserta denda-dendanya.
  2. Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemegang saham, maka menyembunyikan suatu transaksi bisnis Perusahaan (yang dalam hal ini adalah penjualan scrap) berarti menyembunyikan sesuatu dari pemegang saham. Jika hal ini ditemukan, maka besar kemungkinan akan muncul kekecewaan dari pemegang saham kepada manajemen dan muncul pula ketidakpercayaan yang bisa berujung pada penggantian manajemen.
  3. Penyembunyian penjualan scrap secara sengaja termasuk kategori fraud. Jika hal ini ditemukan dalam penugasan audit umum (general audit) maka dapat berujung penarikan diri auditor dari perikatan. Jika pun auditor tidak menarik diri dari perikatan, maka besar kemungkinan pengujian audit menjadi lebih banyak dan luas sebagai respon untuk menekan risiko audit. Pada akhirnya hal ini dapat menyebabkan proses audit tertunda.

Mengingat besarnya risiko yang ada, maka adalah sebuah tindakan yang bijak dan benar apabila semua pihak yang terkait dengan penyajian laporan keuangan menyajikan seluruh transaksi keuangan yang terjadi di Perusahaan seperti apa adanya.

——

Untuk berdiskusi mengenai prosedur audit terkait isu di atas atau bagaimana meningkatkan pengendalian internal untuk meminimalisir risiko tersebut, silahkan hubungi Kantor Akuntan Publik (KAP) Ladiman, Novita & Rekan di 62-21-8499 2477 atau pelajari portofolio pekerjaan kami.